Iklan Dua

Harga Properti Residensial di Balikpapan Melambat pada Triwulan II-2025

$rows[judul] Keterangan Gambar : Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi.
Poroskaltim.com, BALIKPAPAN - Harga properti residensial di pasar primer Kota Balikpapan mengalami perlambatan pada triwulan II-2025. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia, pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) tercatat sebesar 0,96% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2025 yang tumbuh 1,31% (yoy).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi menjelaskan, bahwa perlambatan tersebut dipicu melemahnya kenaikan harga rumah tipe menengah (36–70 m²) dan rumah tipe kecil (≤36 m²), yang masing-masing hanya tumbuh 0,42% (yoy) dan 0,38% (yoy). Sebagai perbandingan, pada triwulan sebelumnya kedua tipe rumah ini tumbuh lebih tinggi, yakni 1,00% (yoy) dan 1,59% (yoy).

"Kondisi tersebut sejalan dengan penurunan nilai penjualan properti residensial sebesar 11% dibandingkan triwulan sebelumnya. Bank Indonesia mencatat normalisasi permintaan menjadi faktor utama setelah periode sebelumnya didorong kenaikan signifikan akibat masifnya pembangunan dan ekspektasi operasionalisasi Ibu Kota Nusantara (IKN) pada 2024," terang Robi Ariadi.

Mengantisipasi perlambatan, lanjutny, sejumlah pengembang mulai memprioritaskan penjualan rumah tipe menengah dan kecil. Namun, penurunan penjualan juga berpengaruh pada kinerja Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) yang hanya tumbuh 7,14% (yoy) pada triwulan II-2025, turun dari 9,01% (yoy) pada triwulan I.

Sementara itu, harga rumah tipe besar (>70 m²) justru mengalami peningkatan sebesar 2,07% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,34% (yoy). 

"Meski demikian, nilai penjualan rumah tipe besar turun tajam hingga 25% akibat melemahnya permintaan," sambungnya.

Dari sisi pangsa pasar, rumah tipe menengah menjadi unit yang paling banyak terjual pada triwulan II-2025, menggantikan dominasi rumah tipe kecil pada periode sebelumnya. Peningkatan ini turut dipengaruhi peluncuran sejumlah klaster perumahan tipe menengah baru di Balikpapan.

Dari aspek pembiayaan, mayoritas transaksi penjualan (89%) menggunakan skema KPR, meningkat dibanding triwulan I-2025 yang sebesar 84%. Sisanya, 8% menggunakan skema cicilan bertahap, dan 3% dibayar secara tunai.

Robi Ariadi menegaskan, Bank Indonesia akan terus memperkuat implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk mendorong pertumbuhan kredit perbankan. Insentif tersebut disalurkan ke sektor-sektor prioritas seperti pertanian, real estate, perumahan rakyat, konstruksi, perdagangan, manufaktur, transportasi, pariwisata, ekonomi kreatif, UMKM, ultra mikro, serta sektor hijau.

“Ke depan, kebijakan KLM akan terus diperkuat untuk mendorong pertumbuhan kredit yang berkontribusi besar terhadap ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, termasuk di sektor real estate,” tutup Robi Ariadi. (*)

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)