Penulis: Herman
Poroskaltim.com, BALIKPAPAN - Bermula dari tekad dan kecintaan terhadap kopi, Didin Hamid, mantan pegawai yang kini menjadi pengusaha kopi, berhasil membesarkan WKN atau lebih dikenal sebagai Warung Kopi Nusantara menjadi salah satu brand lokal yang menembus panggung internasional. Berbekal semangat pantang menyerah, ia mengubah warung kopi (warkop) sederhana menjadi usaha yang kini dikurasi langsung oleh Bank Indonesia (BI) dan telah tampil di berbagai pameran dunia.
Kisah ini dimulai pada Januari 2017. Saat itu, Didin membuka dua usaha sekaligus yakni warung Kopi dan produksi kopi dengan dokumen legalitas usaha yang lengkap. Adapun untuk warkopnya berizin resto dari Dinas Pariwisata Balikpapan dan sudah mendapat sertifikat layak sehat pada tahun itu. Sedangkan untuk produknya, sudah berizin edar Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), SIUP dan bersertifikasi halal.
Diawal usahanya, Delkoff adalah brand yang menjadi andalan Warkop Nusantara. Didin yang yakin bahwa Delkoff merupakan produk yang bakal disukai pecinta kopi, akhirnya berinisiatif membuka etalase dengan menambah berbagai macam varian kopi Delkoff.
Terbukti, banyak konsumen yang akhirnya datang untuk mencicipi brand andalan WKN tersebut.
Kemudian, ditahun berikutnya ia memberanikan diri mengikuti pelatihan perkopian secara mandiri di Jakarta. Di sana, Didin mendalami teknik meracik kopi, strategi bisnis, hingga prosedur ekspor. Hasilnya tak sia-sia, pada 2019, WKN resmi mengantongi izin ekspor.
Langkahnya terus maju. Pada Oktober 2019, Kopi Delkoff untuk pertama kalinya mengikuti Trade Expo Indonesia di Jakarta. Tak puas hanya dengan satu pencapaian, Didin terus membekali diri lewat pelatihan demi pelatihan, sembari memperluas jaringan dan pasar.
Saat pandemi COVID-19 melanda pada 2020 dan banyak pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) gulung tikar, Kopi Delkoff justru mendapatkan peluang. Berkat kegigihan Didin, produknya dipercaya untuk bekerja sama dengan Hotel Novotel Balikpapan, membuka booth khusus yang difasilitasi oleh Dinas Perdagangan Provinsi Kalimantan Timur dan Dirjen PEN.
Puncaknya datang pada tahun 2021. Kopi Delkoff berhasil dikurasi oleh Bank Indonesia (BI) untuk diikutkan di ajang Karya Kreatif Indonesia (KKI) online. Dan menjadi mitra binaan UMKM Bank Indonesia Balikpapan.
Kemudian, Didin bersama pelaku UMKM lainnya difasilitasi mengikuti Ekspor Coaching Program (ECP) di Kantor Perwakilan BI Kaltim di Samarinda. Program intensif ini menjadi tonggak penting yang mengubah cara pandang Didin dalam mengelola bisnis secara profesional dan berorientasi ekspor.
"Bagaikan mimpi ketiban durian runtuh, Kopi Delkoff akhirnya dikurasi Bank Indonesia. Kemudian kami bersama UMKM lainnya yang dikurasi, seperti disekolahkan selama setahun. Dalam sebulan bisa lima hari pelatihan. Kami diajari bagaimana membangun usaha yang kuat, legal, dan siap ekspor,” ujar Didin saat ditemui di gerai Kopi Nusantara, Kamis (24/7/2025).
Sejak itu, benefit pun kian banyak dihasilkan oleh Kopi Nusantara. Selama 2022–2023, meski sebagian besar pameran masih dilaksanakan secara online, kopi Delkoff tetap aktif berpartisipasi dalam berbagai ajang yang digagas Bank Indonesia, seperti Maliga Nusantara, Gebyar UMKM, hingga diundang oleh Bank Indonesia untuk membuka booth Kopi di gelaran Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) di Balikpapan. Kemudian, pada 2024, mereka difasilitasi oleh Dinas Pariwisata Pemprov Kaltim untuk ikut World of Coffee di Kopenhagen, Denmark, mewakili Indonesia dalam ajang kopi internasional bergengsi.
"Saat ikut World of Coffee di Kopenhagen, Denmark, mewakili Indonesia, di sinilah peran Bank Indonesia begitu sangat penting. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan membantu kami untuk mempersiapkan dokumen penting pendukung untuk ajang tersebut. Saya sangat berterima kasih," ucap Didin terharu.
Masih ditahun yang sama, menjadi momentum besar lainnya. Dua sampel kopi milik Didin lolos sebagai kopi specialty versi Bank Indonesia, kategori yang hanya diberikan kepada kopi berkualitas tinggi dengan cita rasa istimewa. Berkat ini, Kopi Delkoff kembali tampil di ajang Karya Kreatif Indonesia (KKI) secara langsung di Jakarta dan pameran internasional di Malaysia.
"Waktu itu hasil lolos kurasinya, Kopi Delkoff dicetakkan kemasan dari Bank Indonesia," akunya.
"Dan waktu ke Malaysia, lagi-lagi Bank Indonesia membantu kami menyiapkan dokumen pendukung," kata Didin bersyukur.
Tahun 2025, Delkoff kembali mencatat sejarah. Lagi-lagi, dua varian kopinya kembali lolos kurasi sebagai kopi specialty dan mewakili UMKM binaan Bank Indonesia secara nasional. Tak hanya itu, Kopi Delkoff juga terpilih sebagai bagian dari IKRA (Industri Kreatif Syariah), satu-satunya dari Balikpapan, dan dijadwalkan mengikuti bootcamp dan pameran di Jakarta.
Tak hanya warkopnya, brand milik Didin juga terus berkembang. Jika Delkoff adalah label untuk produk kemasan ekspor, Warung Kopi Nusantara menjadi wajah warung kopi mereka di Balikpapan, di mana tempat pelanggan bisa menikmati langsung sajian racikan tangan Didin dan tim.
“Selama bersama Bank Indonesia, manfaatnya luar biasa. Kami diajari ekspor, pembukuan digital lewat aplikasi SIAPIK, sampai public speaking. Bahkan, pemateri yang dihadirkan selalu terbaik di bidangnya,” ungkapnya bangga.
Kini, Didin berharap perjuangannya tidak hanya berdampak bagi dirinya pribadi, tetapi juga bagi kota dan negara. Ia ingin Kopi Nusantara menjadi penggerak ekonomi lokal, menciptakan efek berantai bagi pelaku UMKM lainnya, dan tentu saja, menambah devisa bagi Indonesia melalui ekspor.
“Semoga perjalanan kami bisa menginspirasi. Bahwa dengan ketekunan, kemauan belajar, dan dukungan yang tepat, UMKM lokal bisa go international,” tandasnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi, dengan tegas menyampaikan bahwa sudah saatnya mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, dan kuncinya adalah pada pemberdayaan UMKM.
Robi Ariadi menekankan bahwa Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan berkomitmen menghadirkan kebijakan strategis untuk memperkuat UMKM, tak hanya dalam skala lokal tetapi juga menuju pasar ekspor. Salah satu bentuk nyatanya adalah pelaksanaan program Export Kaltimpreneurs 2025, yang diluncurkan pada 30 Juni lalu di Balikpapan. Program ini tak sekadar seremoni. Ia adalah manifestasi komitmen kuat Bank Indonesia untuk mendorong pengembangan ekonomi berbasis ekspor, dengan menyiapkan UMKM di seluruh wilayah Kaltim agar mampu menembus pasar internasional.
Program Export Kaltimpreneurs bukan barang baru. Sejak dimulai pada 2021, inisiatif ini telah melahirkan 78 UMKM yang berhasil ekspor ke Asia, Eropa, dan Amerika, dengan total transaksi mencapai USD 2,8 juta hingga 2024. Tahun ini, skemanya diperluas melalui kolaborasi lintas wilayah, mempertemukan 25 pelaku usaha terpilih yang akan dibina secara intensif menuju kesiapan ekspor.
Langkah-langkah ini penting, terlebih jika melihat struktur ekonomi Kaltim yang terlalu lama bertumpu pada sumber daya alam. Sudah waktunya kita membuka jalur-jalur ekonomi baru, yang tidak hanya menyerap tenaga kerja lokal tetapi juga mampu menghadirkan nilai tambah yang berkelanjutan.
"Dengan meningkatnya tren global terhadap ekonomi hijau dan keberlanjutan, serta dorongan kuat dari negara-negara maju untuk mendukung pelaku UMKM, ini menjadi peluang besar untuk kita dorong akses UMKM ke pasar luar negeri," ujar Robi Ariadi.
Tidak berhenti di sektor ekspor, Bank Indonesia Balikpapan juga mengambil peran aktif dalam memperluas ekosistem ekonomi syariah, melalui kegiatan tahunan bertajuk Pekan Ekonomi Syariah Nusantara (Pesan). Fokusnya bukan hanya pada promosi, tetapi pada fundamental industri halal itu sendiri. Mulai dari pelatihan, pendampingan, hingga sertifikasi halal bagi pelaku UMKM.
Tahun ini, BI Balikpapan menargetkan 500 sertifikasi halal bagi pedagang lokal. Bersama Kementerian Agama, mereka membuka akses bagi para pelaku usaha yang selama ini tertunda mendapatkan sertifikasi. Langkah ini penting untuk memperkuat kepercayaan diri pelaku UMKM, sekaligus menjawab meningkatnya permintaan global akan produk halal.
Robi Ariadi bahkan menyebut bahwa ekonomi syariah adalah mesin baru ekonomi dunia. Di Indonesia sendiri, potensi ini begitu besar. Tidak hanya pada sektor makanan halal (halalan thayyiban), tapi juga merambah ke sektor fashion muslim.
"Kami mendorong halal dari hulu ke hilir. Tak hanya soal makanan, tapi juga fashion. Kami bahkan menggandeng konsultan modiste untuk menghadirkan busana muslim yang tidak kaku, tapi tetap fashionable," imbuhnya.
Langkah ini menegaskan satu hal yakni ekonomi syariah bukanlah wacana alternatif, tapi arus utama baru yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.
Bank Indonesia, melalui peran aktifnya di daerah seperti Balikpapan, telah membuktikan bahwa transformasi ekonomi tidak harus menunggu investasi besar atau kebijakan pusat. Ia bisa dimulai dari keberpihakan pada sektor-sektor yang selama ini luput dari sorotan yaitu UMKM, industri halal, dan ekonomi kreatif berbasis syariah.
Berbicara transformasi ekonomi, peran hadirnya Ibu Kota Nusantara (IKN) di jantung provinsi Kalimantan Timur juga jangan dipandang sebelah mata. Pemindahan IKN ke wilayah ini bukan sekadar soal infrastruktur megah di Penajam Paser Utara. Lebih dari itu, IKN membawa peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi kawasan, termasuk bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Balikpapan.
IKN adalah simbol masa depan, namun fondasinya dibangun dari kekuatan daerah penyangga seperti Balikpapan. Kota ini memiliki potensi besar untuk menjadi pusat aktivitas ekonomi, logistik, dan pengembangan sumber daya manusia yang menyokong ibu kota baru. Dalam konteks inilah, Balikpapan bukan sekadar kota tetangga, melainkan mitra strategis yang siap tumbuh bersama IKN.
Bank Indonesia Balikpapan menjadi salah satu aktor penting dalam perjalanan transformasi ini. Perannya tidak terbatas pada menjaga stabilitas inflasi atau menyusun statistik ekonomi, tetapi juga turun langsung dalam penguatan sektor riil.
Ya, sebagai langkah nyata dalam menguatkan Balikpapan sebagai kota penyangga IKN, BI Balikpapan aktif mendampingi pelaku UMKM lokal, membuka jalan ekspor, memperkuat literasi keuangan, dan menanamkan semangat kewirausahaan berkelanjutan.
Langkah-langkah konkret ini menjadi bukti bahwa pembangunan ekonomi bisa dimulai dari hal-hal sederhana. Pendampingan UMKM, misalnya, tidak hanya berdampak pada peningkatan pendapatan, tetapi juga mendorong kemandirian dan inovasi lokal. Ketika UMKM tumbuh, ekonomi daerah pun menguat, dan ini menjadi pondasi penting dalam menghadapi dinamika ekonomi global.
Lebih dari sekadar kota penyangga, Balikpapan menunjukkan dirinya sebagai kota yang siap secara mental, sosial, dan ekonomi. Kesiapan ini tercermin dari sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan lembaga seperti Bank Indonesia dalam membentuk ekosistem ekonomi yang kokoh dan inklusif.
Karena sesungguhnya, kota penyangga yang sejati bukanlah yang hanya berdekatan secara geografis, tetapi yang mampu tampil unggul dalam daya saing, adaptif dalam perubahan, dan tangguh dalam menopang masa depan bangsa.
Akhir kata, pembangunan ekonomi tak boleh lagi berpusat pada "yang besar", tetapi harus membuka ruang bagi yang kecil untuk tumbuh. Karena ketika UMKM naik kelas, ketika ekonomi syariah dikembangkan dengan serius, dan ketika akses ekspor diperluas hingga ke pinggiran, saat itulah kita benar-benar berbicara tentang ekonomi yang inklusif, adil, dan berkelanjutan bukan sekadar jargon.
Tulis Komentar